Literature review 

Nama: Biyan Okta Ramadhan

NPM: 202246500119

Kelas :R4B

1.    Analisis Karya Lukis Evelyna Dianita Dalam Kajian
Sosiologi Historis ( Nani Dian Sari, Repi Justian dan Mickhella Dehadi )

Objek : Karya Lukis Evelyna Dianita

Teori/Pendekatan : Makalah penelitian menggunakan teori sosiologi sejarah untuk menganalisis lukisan Evelyna Dianita dan signifikansi budayanya di Sumatera Barat. Sosiologi sejarah berfokus pada pemahaman peristiwa dan kondisi masa lalu untuk menafsirkan situasi saat ini, menekankan pentingnya konteks sejarah dalam mempelajari perubahan masyarakat dan perkembangan budaya. Dengan menerapkan sosiologi sejarah untuk studi karya seni Evelyna Dianita, Jurnal ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana lukisannya mencerminkan dinamika sosial dan budaya masyarakat Minangkabau, menyoroti keterlibatan seniman dengan narasi sejarah dan tema tradisional.

Teori/Pendekatan : Jurnal ini menggunakan metodologi sosiologi sejarah untuk menafsirkan bagaimana lukisan Evelyna Dianita mencerminkan narasi sejarah dan tema tradisional budaya Minangkabau, menunjukkan hubungan mendalam seniman dengan warisan dan lingkungannya

Analisis : Evelyna Dianita adalah seorang pelukis wanita yang lahir di Bukittinggi pada 13 Juli 1966, dikenal karena karir artistiknya yang produktif yang berakar pada warisan artistik keluarganya. Sepanjang karirnya, Evelyna telah secara aktif menghasilkan banyak lukisan dan berpartisipasi dalam berbagai pameran tunggal dan kelompok, menunjukkan dedikasinya pada kerajinannya dan pengaruh warisan budaya Minangkabau-nya pada ekspresi artistiknya. Jurnal penelitian ini menggali pendekatan sosiologi sejarah untuk mempelajari karya seni Evelyna Dianita, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang lukisannya dalam konteks budaya dan sosial Sumatera Barat. Di dalam jurnal ini juga menyoroti perkembangan lukisan Indonesia modern di berbagai kota seperti Yogyakarta, Bandung, dan Bali, menekankan peran perintis tokoh-tokoh kunci seperti Wakidi dan M. Syafei dalam kancah seni Sumatera Barat.

Kesimpulan : Perjalanan artistik Evelyna Dianita mencerminkan hubungan yang mendalam dengan warisan budaya Minangkabau, dengan lukisannya berfungsi sebagai narasi visual dari adat istiadat tradisional dan kehidupan sehari-hari wanita Minangkabau. Melalui karya seninya, Evelyna menjembatani masa lalu dan sekarang, menampilkan kekayaan budaya dan tradisi masyarakat Sumatera Barat, terutama berfokus pada penggambaran perempuan dalam berbagai pengaturan dan kegiatan.

 

2.    Analisis Karya Lukis Benny subiantoro ( Sepbianti Rangga Patrian )

Objek : Karya Lukis Benny subiantoro

Teori/Pendekatan : Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui tahapan survei literatur, wawancara, data terkait karya seni lukis Benny Subiantoro. Metode penelitian Benny Subiantoro dalam menciptakan karya seninya melibatkan proses pengamatan, sketsa, dan melukis yang terinspirasi oleh bentuk dan warna ikan. Subiantoro kemudian membuat sketsa geometris di atas kanvas menggunakan pastel, pensil, dan penggaris untuk menguraikan bentuk dan komposisi yang diinginkan.

Analisis : Jurnal ini membahas perjalanan artistik dan evolusi Benny Subiantoro, seorang pelukis dari Sulawesi Selatan, menyoroti transisinya dari gaya realistis ke gaya abstrak yang dipengaruhi oleh ketertarikannya pada bentuk dan warna ikan. Karya seninya mencerminkan perpaduan unik antara realisme dan ekspresi, menunjukkan kemampuannya untuk beradaptasi dan mengembangkan gaya lukisannya dari waktu ke Waktu, Jurnal ini juga menyebutkan penggunaan bahan alami Subiantoro seperti kunyit, daun pandan, dan kayu mahoni yang direndam dalam teh untuk bereksperimen dengan warna, menunjukkan pendekatan inovatifnya dalam melukis. Secara keseluruhan, jurnal ini memberikan wawasan tentang proses artistik Subiantoro, inspirasi, dan pengaruh yang telah membentuk gayanya yang khas, menjadikannya sumber yang berharga untuk memahami kontribusinya kepada dunia seni.

Kesimpulan : Perjalanan artistik Benny Subiantoro mencerminkan perkembangan dari realisme ke abstraksi, dipengaruhi oleh ketertarikannya pada bentuk dan warna ikan. Penggunaan bahan alami Subiantoro seperti kunyit, daun pandan, dan kayu mahoni dalam proses lukisannya menyoroti pendekatan inovatifnya untuk menciptakan warna dan tekstur. Jurnal ini memberikan wawasan berharga tentang proses kreatif Subiantoro, inspirasi, dan pengaruh yang telah membentuk gaya artistiknya yang khas, menjadikannya sumber yang signifikan untuk memahami kontribusinya kepada dunia seni.

 

3.    Semiotika visual karya lukisan pengidap

Skizofrenia ( Syahrul Ramadhan )

Objek : Lukisan Pengidap Skizofrenia

Teori/Pendekatan : Makalah penelitian menggunakan teori semiotika, terutama berfokus pada konsep yang diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure, untuk menganalisis karya seni visual yang dibuat oleh individu dengan skizofrenia. Dengan memanfaatkan elemen Signifier (Signifiant) dan Signified (Signifie) dari semiotika, penelitian ini bertujuan untuk menafsirkan isyarat visual dalam karya seni untuk memahami makna dan emosi yang mendasari yang diungkapkan oleh para seniman. Pendekatan ini melibatkan pemecahan elemen visual yang kompleks dalam lukisan menjadi komponen yang lebih sederhana seperti warna, bentuk, dan objek, untuk mengungkap perjuangan pribadi, trauma, dan pengalaman individu dengan skizofrenia.

Analisis : Metode penelitian jurnal dalam penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif berdasarkan filsafat positivisme, di mana peneliti bertindak sebagai instrumen kunci dalam mempelajari kondisi objek alam. Teknik pengumpulan data bermakna dan analisis data didominasi induktif atau kualitatif. Metode penelitian kualitatif menekankan makna yang berasal dari data daripada generalisasi, dengan fokus pada pemahaman tanda-tanda visual unik yang mencerminkan ekspresi diri pada individu dengan psikosis, seperti skizofrenia. Metode ini membantu menafsirkan isyarat visual dalam seni kontemporer untuk memahami perasaan, pikiran, dan pengalaman individu dengan masalah psikologis. Sumber penelitian mencakup informasi primer dari pakar psikologi dan data sekunder dari artikel di jurnal atau situs web yang membahas skizofrenia dan teori semiotika yang digunakan oleh para ahli. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit mental, terutama skizofrenia, dan membantu memahami pengalaman individu melalui kreasi artistik mereka.

Kesimpulan : Jurnal penelitian mengeksplorasi pentingnya seni visual yang diciptakan oleh individu dengan skizofrenia, menggunakan teori semiotika untuk memahami makna di balik karya seni mereka. Jurnal ini menggali konsep semiotika yang diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure, dengan fokus pada elemen penanda dan tanda dalam ekspresi artistik, memberikan wawasan tentang pengalaman individu dengan kondisi kesehatan mental. Dengan menganalisis karya seni tertentu, seperti lukisan Derek Bayes, jurnal ini menggambarkan bagaimana elemen visual dapat mewakili perjuangan pribadi, trauma, dan isolasi yang dialami oleh individu dengan skizofrenia, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia batin dan tantangan mereka.

 

4.    Makna Mitos Aspek Spiritual Lukisan Bali Adu Ayam dan

BarongsaiKarya I Nyoman Sukari ( Nida Fauziah, Muhammad Luthfie, Agustini )

Objek : Lukisan Bali Adu Ayam dan BarongsaiKarya I Nyoman Sukari

Teori/ Pendekatan : Jurnal ini mengadopsi pendekatan semiotik, secara khusus memanfaatkan teori semiotik Roland Barthes untuk menganalisis mitos dan aspek spiritual lukisan Bali yang menggambarkan sabung ayam dan tarian singa. Dengan menerapkan teori semiotik Barthes, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan makna mitos yang lebih dalam yang tertanam dalam lukisan Bali, menyoroti makhluk gaib atau jahat seperti bhuta kala dan nien yang digambarkan dalam karya seni. Fokusnya adalah mengungkap konotasi dan mitos yang ada dalam lukisan karya I Nyoman Sukari, mengeksplorasi makna subjektif dan tidak langsung yang terkait dengan aspek spiritual dari karya seni.

Analisis : Jurnal penelitian mengeksplorasi aspek spiritual dan mitologis dari lukisan Bali oleh I Nyoman Sukari, dengan fokus pada tema sabung ayam dan tarian singa, yang berakar kuat dalam tradisi dan budaya Bali.Studi ini menyoroti hubungan yang kuat antara seni, budaya, dan spiritualitas Bali, menekankan bagaimana lukisan-lukisan ini mencerminkan sisi mitos tradisi dan ritual Bali, seperti konsep rwa bhinneda, di mana kebaikan dan kejahatan hidup berdampingan. Secara keseluruhan, jurnal ini memberikan wawasan berharga tentang permadani seni Bali yang kaya, menjelaskan bagaimana seniman seperti I Nyoman Sukari menanamkan karya mereka dengan elemen spiritual dan mitologis yang beresonansi dengan warisan budaya Bali.

Kesimpulan : Makalah penelitian ini menggali aspek spiritual dan mitologis lukisan Bali oleh I Nyoman Sukari, secara khusus berfokus pada tema sabung ayam dan tarian singa, yang sangat terkait dengan tradisi dan budaya Bali. Secara keseluruhan, jurnal ini berkontribusi untuk mengungkap lapisan makna yang rumit dalam seni Bali, menunjukkan bagaimana seniman seperti I Nyoman Sukari menanamkan karya mereka dengan elemen spiritual dan mitologis yang beresonansi dengan esensi kehidupan dan tradisi Bali.

 

5.    Analisis Semiotika Pada Lukisan Digital Smudge Art K.H. Anwar Manshur Karya Baju Seno Hartyanto

Objek : Lukisan Digital Smudge Art K.H. Anwar Manshur Karya Baju Seno Hartyanto

Teori/Pendekatan : Dalam penelitian ini menggunakan analisis semiotik dengan metode Charles Sanders Pierce yang dikenal dengan triadic dan konsep trikotominya yang terdiri atas representamen, interpretant, dan object. Dengan menghubungkan tiga hal diatas maka akan ditemukan makna pesan di dalam lukisan digital sebagai objek penelitian. Mulai dari bentuk yang diterima oleh tanda atau yang berfungsi sebagai tanda (Representamen), makna dari tanda (Interpretant), lalu Sesuatu yang merujuk pada tanda (Object). Proses pemaknaan yang mengikuti skema ini disebut sebagai proses semiosis

Analisis : Jurnal ini menggunakan analisis semiotika, khususnya metode triadik Charles Sanders Pierce, untuk menganalisis lukisan digital K.H. Anwar Manshur. Analisis ini melibatkan pemeriksaan tanda-tanda seperti isyarat non-verbal, elemen visual seperti garis, warna, tekstur, dan gradasi pada karya seni untuk mendapatkan makna. Penelitian ini berfokus pada proses semiotika dalam menginterpretasikan tanda-tanda dan simbol-simbol dalam lukisan digital untuk mengungkap pesan-pesan mendasar yang disampaikan melalui elemen-elemen visual.

Kesimpulan : Jurnal ini merupakan sebuah penelitian yang menggunakan analisis semiotika, khususnya metode Charles Sanders Pierce, untuk menginterpretasikan tanda-tanda non verbal dan visual dalam lukisan digital K.H. Anwar Manshur. Lukisan tersebut merepresentasikan sikap dan kepribadian ulama tersebut, dengan menggunakan warna dan tekstur untuk menunjukkan statusnya sebagai ulama yang berwibawa dan disiplin. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tanda-tanda dan makna yang terkandung dalam lukisan digital tersebut, serta menyoroti penggunaan tanda-tanda non verbal gestur dan tanda visual dalam karya seni tersebut. Dengan demikian, jurnal ini memberikan pemahaman tentang bagaimana pesan-pesan non verbal dalam lukisan digital dapat berfungsi sebagai media dakwah dan komunikasi kepada khalayak umum, serta menggali makna dari sistem tanda yang terdapat dalam karya seni digital.

 

6.    Analisis Semiotika Strukturalis Dan Post-Strukturalis Pada Desain Ilustrasi Hanoman Karya Wayan Bayu ( A. A. Gede Dani Artha )

Objek : Ilustrasi Hanoman Karya Wayan Bayu

Teori/pendekatan : Metode yang digunakan dalam jurnal ini yaitu menganalisis desain ilustrasi Hanoman dari Wayan Bayu, yaitu menggunakan 2 analisis semiotika.

Yaitu, semiotika strukturalis dari Charles Sanders Pierce yang terdiri dari icon, index, dan symbol. Serta semiotika post-strukturalis teori dekonstruksi dari Jaques Derrida .Semiotika Charles Sanders Pierce

Analisis strukturalis karya yang diaplikasikan pada penelitian kali ini yaitu menerapkan analisis semiotik, menurut Charles Sanders Pierce yang terdiri dari icon, symbol, dan index.

Dekonstruksi Jaques Derrida Teori dekonstrusi Jaques Derrida sempat disinggung (Hoed, 2011: 120), bahwa sebenarnya teori dekonstruksi Derrida merupakan wujud kritik terhadap teori Ferdinand De Saussure tentang tanda. Derrida menjelaskan bahwa terkait hubungan antara penanda dan petanda yang diyakini Ferdinand De Saussure sebagai bentuk hal yang statis, namun coba di patahkan oleh Derrida

Analisis : Makalah penelitian berfokus pada analisis strukturalis dan pasca-strukturalis desain ilustrasi oleh Wayan Bayu, memanfaatkan semiotika dari Charles Sanders Pierce dan teori Dekonstruksi Jacques Derrida.  Ilustrasi Wayan Bayu menargetkan audiens muda dengan memadukan elemen kontemporer seperti sepeda motor, gitar, dan papan selancar dengan Wayang tradisional, mungkin menyampaikan pesan untuk mendorong batas dalam mengembangkan warisan visual local. Penggunaan platform media sosial seperti Instagram untuk menampilkan seni menimbulkan keuntungan seperti jangkauan audiens yang lebih luas dan pengurangan biaya pameran, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang hilangnya sentuhan magis seni fisik dan kerentanan terhadap pembajakan

Kesimpulan : Dengan menggabungkan ikon, indeks, dan simbol, jurnal ini mengungkap perpaduan elemen Wayang tradisional dengan motif kontemporer untuk menarik audiens yang lebih muda, mencerminkan semangat pemberontak dalam mengembangkan warisan visual local. Secara keseluruhan, penelitian ini berkontribusi pada pemahaman tentang bagaimana desain komunikasi visual, khususnya ilustrasi, dapat menyampaikan pesan bernuansa dan mendorong batas-batas di ranah postmodernisme, menawarkan wawasan tentang lanskap presentasi dan interpretasi seni yang berkembang di era digital.

 

7.    Hijrah seni seniman muda: Analisis kritik seni pada karya lukis Yogi Ginanjar ( Melani Putri Islami*, Asep Miftahul Falah )

Objek : karya lukis Yogi Ginanjar

Teori/Pendekatan : Jurnal ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menganalisis karya lukis seniman Yogie Ginanjar serta metode pendekatan melalui kritik seni. Menurut Sugiyono (2018:213) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat yang digunakan untuk meneliti pada kondisi ilmiah (eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen, teknik pengumpulan data dan di analisis yang bersifat kualitatif lebih menekan pada makna. Metodologi penelitian kualitatif bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan fenomena atau obyek penelitian melalui aktivitas sosial, sikap dan persepsi orang secara individu atau kelompok.

Analisis : Jurnal ini berfokus pada evolusi artistik seorang seniman muda, Yogie Ginanjar, melalui analisis mendalam dari lukisannya dari 2013 hingga 2017. Tema dalam karya seni Yogie bergeser dari lanskap konvensional ke mengeksplorasi masalah sosial, emosional, dan identitas manusia, memberikan pemirsa wawasan yang lebih dalam tentang refleksi pribadi dan realitas sosialnya, Karya seni Yogie digambarkan sebagai mencerminkan nilai-nilai spiritualnya, dengan setiap sapuan kuas membawa pesannya sendiri, menampilkan gaya naturalistik dengan elemen garis, warna, dan tekstur yang harmonis. Jurnal ini juga menyelidiki simbolisme yang digunakan oleh Yogie dalam lukisannya untuk menggambarkan perjalanan spiritualnya, mengeksplorasi tema-tema seperti garis, cahaya dan kegelapan, hidup dan mati, dan pencarian makna dalam hidup

Kesimpulan : Jurnal ini menggali perjalanan artistik Yogie Ginanjar, menampilkan evolusinya dari realisme ke abstraksi, mencerminkan eksplorasi dan pertumbuhan kreatifnya, Analisis mencakup umpan balik dari penggemar seni, menyoroti berbagai persepsi tentang gaya eksperimental Yogie, dengan beberapa mengagumi keberanian artistiknya dan yang lain menemukan tantangan dalam menafsirkan pesan di balik karya-karyanya. Secara keseluruhan, jurnal ini menekankan transformasi artistik Yogie, eksplorasi tematik, dan pengaruh spiritual yang mendalam pada seninya, memberikan pemahaman komprehensif tentang perjalanan kreatifnya dan dampak religiusitas pada ekspresi artistiknya.

 

 

8.    Ungkapan Visual Perempuan dalam Karya Seni Lukis

dari Sudut Pandang Jenny Saville ( Zeta Ranniry, Rutnanda Inne Bulu, Fragranthia Jennifer, Vera Liendani, Ariesa Pandanwangi )

Objek : Karya seni lukis Saville

Teori/Pendekatan : Jurnal ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data dari studi pustaka (study literature) (Creswell, 2014). Data yang diperoleh berasal dari data primer yaitu hasil karya seni lukis Saville yang dibuat pada tahun 1992 hingga 2022, sedangkan data sekunder berupa hasil penelusuran melalui wawancara yang didapatkan dari link di internet. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber dalam media penelusuran, baik dalam bentuk dokumen elektronik, foto, video, gambar, dan artikel mengenai karya-karya Jenny Saville yang akan dianalisa (Pandanwangi, 2015; Taylor et al., 2016).

Analisis : jurnal penelitian menggali ekspresi visual dalam karya seni Jenny Saville dari perspektif deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk mengungkap penggambaran unik wanita dalam gaya Saville yang tidak konvensional. Dengan menggabungkan estetika feminis dan tema jijik dalam seni, penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang representasi seniman wanita dan teks budaya, memberikan analisis komprehensif tentang kontribusi Saville terhadap seni kontemporer. Analisis ini menunjukkan kedalaman eksplorasi ke dalam karya seni Jenny Saville, menyoroti bahasa visual yang unik dan kontribusinya terhadap dunia seni.

Kesimpulan : Penggunaan teknik ekspresif Saville seperti sapuan kuas, arang, dan pastel menciptakan gambar dinamis dan berlapis yang menentang representasi tradisional feminitas. Studi ini menekankan peran penting Saville dalam gerakan seni feminis, menyoroti kontribusinya untuk membentuk kembali persepsi tubuh wanita dalam seni. Secara keseluruhan, jurnal menyimpulkan bahwa seni Jenny Saville berfungsi sebagai media yang kuat untuk kritik sosial, mendefinisikan ulang standar kecantikan dan menganjurkan penerimaan beragam tipe tubuh di dunia seni

 

9.    Representasi Kearifan Lokal Pada Lukisan Borobudur Dan Bedaya Ketawang Karya Srihadi Soedarsono ( Citra Smara Dewi )

Objek :

Teori/Pendekatan : Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan kajian kepustakaan serta dianalisis melalui pendekatan deskritif eksploratif. Menurut Denzin dan Lincon (1994) seperti dikutip Salim (2001:26) bahwa salah satu ciri analisis penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan melihat konteks permasalahan secara utuh dengan memfokuskan kepada suatu proses bukan menekankan pada hasil sehingga analisis dapat dilakukan sepanjang proses penelitian. Sementara menurut Guba dalam Salim (2001:8) bahwa model penelitian kualitatif digunakan dalam banyak disiplin secara terpisah. Pendekatannya tidak memiliki metode tertentu yang seluruhnya menjadi miliknya, Penelitian ini menggunakan analisis, narasi, isi, diskursus dan arsip bahkan statistik. Digunakan juga pendekatan dan teknik etnometodologi, fenomologi, feminisme, wawancara, psikoanalisis, studibudaya dan pengamatan partisipasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metodologi kualitatif bersifat multi metodologi.

Analisis : ini berfokus pada representasi kearifan lokal dalam lukisan Srihadi Soedarsono, khususnya dalam karya-karya seperti Borobudur dan Bedaya Ketawang, yang bertujuan untuk mengeksplorasi dimensi nilai-nilai kearifan lokal yang ada dalam kreasi seniman. Jurnal ini juga menekankan pentingnya memahami konteks budaya dan pengaruh sosial pada kreasi artistik, menunjukkan bagaimana Srihadi Soedarsono mengintegrasikan pengalaman pribadi dan nilai-nilai budaya ke dalam lukisannya. Jurnal ini juga menggabungkan teori representasi dalam studi budaya, menekankan bagaimana seniman seperti Srihadi Soedarsono menggunakan proses representasi untuk menanamkan makna spesifik ke dalam karya seni mereka, yang mencerminkan identitas budaya dan kekayaan bangsa.

Kesimpulan : Makalah penelitian menyimpulkan bahwa lukisan Srihadi Soedarsono, seperti Borobudur dan Bedaya Ketawang, secara efektif mewakili nilai-nilai kearifan lokal melalui pendekatan multidimensi, mencakup pengetahuan lokal, nilai-nilai, dan solidaritas kelompok. Analisis mengungkapkan bahwa karya seni Srihadi Soedarsono berfungsi sebagai cerminan identitas dan warisan budaya Indonesia, menekankan pentingnya melestarikan dan mempromosikan nilai-nilai kearifan lokal melalui seni.Secara keseluruhan, jurnal ini menekankan hubungan mendalam antara seni, budaya, dan kearifan lokal, menunjukkan bagaimana seniman dapat berfungsi sebagai duta budaya dengan menangkap dan melestarikan esensi warisan mereka melalui ekspresi artistik.

 

10.  Analisa Logo Uma Art Space Melalui Pendekatan

Teori Semiotika Roland Barthes ( Irene Hasian,  Akbar Kukuh Fajri )

Objek : Logo Uma Art Space

Teori/Pendekatan : Jurnal ini merupakan metode kualitatif dekskriptif, dimana merupakan suatu cara penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan mengenai keadaan tertentu dengan kata-kata atau kalimat yang merujuk pada simpulan. Teknik kualitatif lebih menekankan pada data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pendekatan dalam penelitian semiotika ini menggunakan pendekatan semiotika pragmatik, yaitu kajian yang menitik beratkan pada hubungan antara tanda, pemakai tanda, dan pemakaian tanda Ketika seseorang menangkap tanda tersebut. Dari sini nantinya peneliti menganalisa makna yang terkandung dalam logo UMA Art Space menggunakan pendekatan semiotika teori Roland Barthes, denotasi dan konotasi yang ada pada tingkat penandaan kedua berubah menjadi mitos.

Analisis : Makalah penelitian berfokus pada analisis logo Uma Art Space menggunakan teori semiotik Roland Barthes, menekankan pentingnya identitas visual dan komunikasi dalam menyampaikan pesan. Logo Uma Art Space dianggap efektif karena merangkum identitas perusahaan dan menyampaikan pesan terkait kreativitas dan pengembangan diri bagi seniman muda di Indonesia, Pentingnya elemen visual, kombinasi warna, dan estetika desain dalam logo dibahas, menekankan bagaimana faktor-faktor ini berkontribusi untuk menciptakan identitas visual yang kuat untuk Ruang Seni Uma.

Kesimpulan : Melalui penerapan teori semiotik Roland Barthes, analisis menyoroti pentingnya elemen visual dalam menyampaikan pesan dan menciptakan identitas visual yang kuat bagi perusahaan. Studi ini menekankan pentingnya kombinasi warna dan estetika desain dalam logo, menunjukkan bagaimana faktor-faktor ini berkontribusi pada pesan keseluruhan Uma Art Space menjadi tempat untuk pembelajaran kreatif dan pembuatan ide. Secara keseluruhan, jurnal menggarisbawahi peran penting logo dalam mencerminkan identitas dan nilai-nilai perusahaan, berfungsi sebagai representasi visual dari prinsip dan aspirasi inti.

 

11.  Kajian Seni Lukis Karya Djoko Pekik Dengan Tema Peristiwa September 1965

( Hapsari Fadlila, Nunuk Nur Shokhiyah )

Objek : Kajian Seni Lukis Karya Djoko Pekik

Teori/Pendekatan : Jurnal penelitian ini menggunakan teori semiotik Charles S. Pierce untuk membedah interpretasi tanda-tanda dalam lukisan Djoko Pekik. Teori ini melibatkan klasifikasi tanda-tanda menurut objek, membantu dalam analisis estetika karya seni. Selain itu, makalah ini menggabungkan teori Sussane K. Langer bahwa “seni adalah penciptaan bentuk simbolis perasaan manusia” untuk menganalisis latar belakang lukisan Djoko Pekik dengan tema kejadian September 1965. Dengan menggabungkan teori-teori ini, makalah ini menggali proses penciptaan dan estetika karya seni Djoko Pekik, memberikan analisis komprehensif tentang bagaimana simbol dan tanda ditafsirkan dalam konteks insiden September 1965.

Analisis : Makalah penelitian berfokus pada analisis lukisan Djoko Pekik dengan tema kejadian September 1965, mengeksplorasi latar belakang penciptaan dan estetika karya seninya. Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif, termasuk analisis interaktif dan interpretatif, untuk menyelidiki ekspresi artistik lukisan Djoko Pekik. Pengumpulan data melibatkan wawancara, analisis dokumen, dan tinjauan literatur yang dilakukan di Plataran Djoko Pekik, khususnya di Galeri Tinukan. Melalui pemeriksaan rinci lukisan dan konteks sejarah September 1965, penelitian ini menjelaskan bagaimana Djoko Pekik menyampaikan pengalaman dan perspektifnya tentang peristiwa melalui representasi artistik. Analisis ini menawarkan wawasan tentang implikasi budaya dan sosial yang tertanam dalam karya seni, berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam tentang narasi dan pilihan estetika seniman.

Kesimpulan :   Penelitian tentang lukisan Djoko Pekik dengan tema kejadian September 1965 menyimpulkan bahwa karya seniman mencerminkan pengalaman dan perspektif pribadinya selama periode sejarah itu. Analisis lukisan Djoko Pekik tidak hanya menyoroti teknik artistik dan representasi visual tetapi juga menggali makna yang lebih dalam dan signifikansi historis yang tertanam dalam karya seni, memperkaya pemahaman kita tentang narasi dan proses kreatif seniman. Secara keseluruhan, jurnal ini menggarisbawahi pentingnya seni sebagai media untuk mengekspresikan pengalaman pribadi dan kolektif, menampilkan bagaimana lukisan Djoko Pekik berfungsi sebagai cerminan dari konteks sosial-politik Indonesia selama insiden September 1965.

 

12.  Analisis Karya Lukis Rasyid Maulana Arifudin Dalam Pameran Art For Orangutan

( Septi Rahmawati )

Objek : Karya Lukis Rasyid Maulana Arifudin

Teori/Pendekatan : Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Dalam pendekatan studi kasus, penelitian dilakukan pada unit social tertentu secara mendalam (Idrus, 2015). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara semi terstruktur. Brinkmann dan Kvale (2015) mendefinisikan wawancara semi terstruktur sebagai suatu wawancara yang bertujuan mendapatkan gambaran dunia kehidupan orang yang diwawancarai untuk menafsirkan makna dari fenomena yang digambarkan. Dari pemahaman tersebut, wawancara semi terstruktur memudahkan peneliti untuk mengembangkan pemahaman dalam mengekplorasai ide dan pengalaman responden.

Analisis : Jurnal ini berfokus pada analisis lukisan Rasyid Maulana Arifudin 'Ajur Ajer' dalam pameran Seni Untuk Orangutan, mengeksplorasi konsep, media, objek, dan pesan yang digambarkan dalam karya seni. Lukisan itu mencerminkan hubungan antara manusia dan alam, menekankan perlunya menghargai dan memanfaatkan representasi diri dalam penciptaan seni, daripada mengandalkan model eksternal. Melalui analisis, jurnal menjelaskan penggunaan media campuran oleh seniman, seperti pastel minyak, krayon, dan pensil arang, untuk menciptakan penggambaran realistis dengan warna-warna hangat dan komposisi seperti aslinya.

Kesimpulan : Secara keseluruhan, jurnal ini menggarisbawahi pentingnya seni dalam menyampaikan pesan tentang konservasi lingkungan dan keterkaitan manusia-alam, mendesak pemirsa untuk merenungkan peran mereka dalam melestarikan alam dan menumbuhkan empati terhadap spesies yang terancam punah seperti orangutan.

 

13.  Analisis Semiotika Seni Lukis Berjudul “Buraq” Karya Seniman Randi Gita Setyoko

( Rachma Khoirur Rifa )

Objek : Seni Lukis Berjudul  Berjudul “Buraq” Karya Seniman Randi Gita Setyoko

Teori/Pendekatan : Jurnal ini menggunakan Teori semiotika. Teori semiotika digunakan untuk memahami bagaimana tanda dan simbol dalam seni lukis mengkomunikasikan makna kepada penonton. Analisis semiotika membantu dalam mengurai struktur makna dan mengidentifikasi pesan-pesan tersembunyi di dalamnya.

Analisis : Jurnal ini mencakup interpretasi terhadap tanda-tanda dan simbol-simbol yang digunakan dalam karya seni "Buraq". Ini termasuk penguraian makna simbol Buraq, penggunaan warna, komposisi, dan elemen-elemen visual lainnya yang membentuk karya seni tersebut. Analisis juga akan mencakup bagaimana penonton dapat memahami dan merespons karya seni ini berdasarkan interpretasi mereka sendiri.

Kesimpulan : Analisis semiotika terhadap karya seni lukis "Buraq" oleh Randi Gita Setyoko akan membantu dalam mengungkapkan makna-makna tersembunyi di balik representasi visualnya. Melalui pendekatan semiotika dan teori-teori yang relevan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana karya seni dapat berfungsi sebagai medium komunikasi yang kompleks dan multi-dimensi.

 

14.   Kajian Semiotika Makna Simbolik Lukisan Kuda Karya Agus Tbr

( AG. Andi Hismanto), Yan Yan Sunarya, Acep Iwan Said)

Objek : Lukisan Kuda Karya Agus Tbr

Teori/Pendekatan : Makalah penelitian menggunakan pendekatan semiotik Roland Barthes untuk menganalisis tanda-tanda yang terkandung dalam lukisan Agus TBR berjudul 'Land of Hope'. Pendekatan Barthes berfokus pada membaca tanda-tanda dalam lukisan untuk memahami denotasi, konotasi, mitos, dan ideologi, yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tanda-tanda visual dalam karya seni Agus TBR. Jurnal ini mengadopsi pendekatan studi tekstual interpretatif, dengan fokus pada analisis teks itu sendiri daripada seniman yang menciptakan lukisan atau pemirsa karya seni. Metode ini melibatkan pemeriksaan kombinasi tanda dalam lukisan kuda Agus TBR untuk mengungkap makna simbolis yang tertanam dalam teks visual.

Analisis : Jurnal ini berfokus pada studi semiotik lukisan kuda Agus TBR, menggali makna simbolis yang tertanam dalam karya seni melalui penggunaan pendekatan semiotik Roland Barthes. Ini mengeksplorasi perkembangan lukisan Agus TBR, yang bertujuan untuk memahami pentingnya denotasi, konotasi, mitos, dan ideologi dalam bahasa visual yang diciptakan oleh seniman.

Kesimpulan : Penelitian tentang lukisan kuda Agus TBR menyimpulkan bahwa bahasa visual yang diciptakan oleh seniman membawa simbol pribadi dan makna simbolis yang dipengaruhi oleh faktor sosial, politik, dan budaya. Metode studi tekstual interpretatif yang digunakan dalam jurnal menyoroti pentingnya menganalisis teks lukisan itu sendiri untuk mengungkap makna simbolis yang lebih dalam yang tertanam dalam karya seni Agus TBR, mengalihkan fokus dari seniman ke narasi visual. Secara keseluruhan, jurnal berfungsi sebagai sumber yang berharga bagi seniman dan peneliti, menginspirasi mereka untuk membuat lukisan yang melampaui estetika belaka dan menggabungkan makna simbolis yang kaya, mendorong eksplorasi komunikasi visual dan mendongeng yang lebih dalam dalam seni.

 

15.  Analisis Problematika Lukisan Ciptaan Artificial Intelligence Menurut Undang-Undang Hak Cipta ( Nadia Intan Rahmahafida, Whitney Brigitta Sinaga )

Objek : Lukisan Ciptaan Artificial Intelligence

Teori/Pendekatan : Teori Hak Cipta Tradisional : Hak cipta secara tradisional diberikan kepada individu manusia yang menciptakan karya asli. Konsep ini didasarkan pada asumsi bahwa pencipta adalah manusia yang memiliki hak moral dan ekonomi atas karya mereka.

Analisis : Jurnal ini membahas beberapa aspek utama dari problematika hukum terkait lukisan ciptaan AI:

Subjek Hak Cipta: Menurut Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia, subjek hak cipta adalah pencipta atau pemegang hak cipta. Karena AI bukan manusia, timbul pertanyaan siapa yang seharusnya dianggap sebagai pencipta – apakah programmer, pengguna, atau entitas lain.

Originalitas dan Kreativitas : Salah satu syarat utama untuk mendapatkan hak cipta adalah karya tersebut harus orisinal dan memiliki kreativitas. Analisis dilakukan untuk melihat apakah karya yang dihasilkan oleh AI memenuhi kriteria ini.

Hak Moral dan Hak Ekonomi: Undang-Undang Hak Cipta memberikan hak moral dan hak ekonomi kepada pencipta. Artikel ini menganalisis bagaimana hak-hak ini dapat diterapkan dalam konteks karya yang dihasilkan oleh AI

Kesimpulan : Jurnal ini menyimpulkan bahwa undang-undang hak cipta saat ini belum sepenuhnya mampu menangani kompleksitas yang muncul dari karya yang dihasilkan oleh AI. Penulis merekomendasikan beberapa langkah, seperti revisi undang-undang hak cipta untuk menyertakan ketentuan khusus tentang karya AI dan penetapan prinsip-prinsip yang lebih jelas tentang kepemilikan dan perlindungan hak cipta karya AI.

 1.    Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Makna Lukisan Petruk Dadi Ratu, Semare Kaling-Kalingan Mega Karya Subandi Giyanto ( Hanung Bramantyo Yuniawan dan Marzuki )

Objek : Lukisan Petruk Dadi Ratu dan Semare Kaling-Kalingan Mega Karya Subandi Giyanto

Teori/Pendekatan : Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi dan semiotika. Data dikumpulkan melalui studi literatur dan observasi langsung terhadap lukisan-lukisan Subandi Giyanto. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi dan menginterpretasikan simbol-simbol dalam lukisan serta mengaitkannya dengan nilai-nilai pendidikan karakter.

Analisis : Jurnal ini mengeksplorasi nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam lukisan-lukisan karya Subandi Giyanto, khususnya pada lukisan "Petruk Dadi Ratu" dan "Semare Kaling-Kalingan Mega". Penelitian ini berfokus pada bagaimana lukisan-lukisan tersebut dapat digunakan sebagai media untuk mengajarkan nilai-nilai moral dan etika. Analisis ini menunjukkan betapa pentingnya interpretasi seni dalam konteks pendidikan karakter, dan mendorong penggunaan seni sebagai media pengajaran yang dapat memperkaya pengalaman belajar dan pengembangan karakter siswa.

Kesimpulan : Jurnal ini menyimpulkan bahwa lukisan-lukisan karya Subandi Giyanto, khususnya "Petruk Dadi Ratu" dan "Semare Kaling-Kalingan Mega", mengandung nilai-nilai pendidikan karakter yang penting. Nilai-nilai tersebut meliputi kejujuran, ketulusan, kepemimpinan yang bijaksana, kerja keras, ketekunan, kesederhanaan, dan kerendahan hati. Dengan demikian, seni tradisional dapat dijadikan sebagai media efektif dalam pendidikan karakter.

 

2.    Interaksi Simbolik Dalam Tiga Lukisan Kaca Karya Haryadi Suadi  ( Rizal Sapari )

Objek : Tiga Lukisan Kaca Karya Haryadi Suadi 

Teori/Pendekatan : Teori interaksi simbolik dikembangkan oleh George Herbert Mead dan Herbert Blumer. Mead menekankan pentingnya bahasa dan simbol dalam membentuk kesadaran manusia dan interaksi sosial. Blumer, seorang murid Mead, memperkenalkan tiga premis dasar interaksi simbolik:

1.    Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang dimilikinya.

2.    Makna tersebut berasal dari interaksi sosial dengan orang lain.

3.    Makna tersebut dikelola dan diubah melalui proses interpretasi yang digunakan oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Analisis : Di dalam jurnal ini Rizal Sapari berhasil menunjukkan bagaimana teori interaksi simbolik dapat digunakan untuk menganalisis lukisan kaca karya Haryadi Suadi. Dengan memahami simbol-simbol visual dan interaksi sosial yang tergambar dalam lukisan, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang pesan dan makna yang ingin disampaikan oleh seniman. Pendekatan ini juga membantu dalam memahami dinamika sosial dan psikologis yang tercermin dalam karya seni. Rizal Sapari dalam jurnalnya menggunakan teori interaksi simbolik untuk menganalisis tiga lukisan kaca karya Haryadi Suadi. Analisis ini berfokus pada bagaimana simbol-simbol visual dalam lukisan tersebut mencerminkan interaksi sosial dan makna yang kompleks.

Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan bahwa karya seni tidak hanya merupakan ekspresi individu, tetapi juga cerminan dari interaksi sosial dan makna kolektif yang ada dalam masyarakat. Melalui analisis simbolik, kita dapat menggali lapisan-lapisan makna yang tersembunyi dalam karya seni dan memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang dunia sosial kita.

 

3.    Osmologi Sekala-Niskala Refleksi Estetika Lukisan I Nyoman Sukari ( I Gede Arya Sucitra & Rr. Siti Murtiningsih )

Objek : Lukisan I Nyoman Sukari

Teori/Pendekatan : Pemahaman kosmologi sekala-niskala berasal dari filsafat dan kepercayaan Hindu-Bali. Dalam pandangan ini, alam semesta tidak hanya terdiri dari dimensi fisik yang dapat diamati (sekala), tetapi juga dimensi spiritual yang tidak terlihat (niskala). Konsep ini mencerminkan keyakinan akan adanya keterhubungan antara dunia material dan dunia spiritual, serta pentingnya menjaga keseimbangan antara keduanya.

Analisis : Dalam penelitian yang dilakukan oleh I Gede Arya Sucitra dan Rr. Siti Murtiningsih, mereka menganalisis lukisan-lukisan I Nyoman Sukari dengan menggunakan pendekatan kosmologi sekala-niskala. Mereka meneliti bagaimana Sukari merefleksikan konsep tersebut melalui pemilihan motif, warna, dan komposisi dalam karyanya. Hasil analisis ini mengungkapkan bahwa lukisan-lukisan Sukari tidak hanya menggambarkan keindahan alam Bali secara fisik, tetapi juga menggambarkan hubungan yang dalam antara manusia, alam, dan dunia spiritual.

Kesimpulan : Penelitian ini menyoroti pentingnya pemahaman kosmologi sekala-niskala dalam menganalisis karya seni Lukisan I Nyoman Sukari. Melalui pendekatan ini, kita dapat memahami lebih dalam pesan dan makna yang terkandung dalam karya seni, serta menghargai keindahan dan kompleksitas budaya Bali. Analisis ini juga memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana seniman Bali menggunakan seni lukis untuk merefleksikan keyakinan dan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari, serta menjaga warisan budaya yang kaya dan berharga bagi masyarakat Bali dan dunia.

 

4.    Dinamika Citra Tubuh Perempuan Dalam Lukisan Karya Luna Dian Setya ( Nanang Yulianto, Ning Yuliastuti )

Objek : Lukisan Karya Luna Dian Setya

Teori/Pendeketan : Pemahaman tentang representasi tubuh dalam seni melibatkan analisis atas cara seniman menggambarkan, menyajikan, dan memaknai tubuh manusia dalam karyanya. Teori feminis, psikologi, dan sosiologi sering digunakan untuk memahami kompleksitas representasi tubuh perempuan dalam seni lukis.

 

Analisis :  Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nanang Yulianto dan Ning Yuliastuti, mereka menganalisis berbagai karya seni Luna Dian Setya dengan fokus pada representasi tubuh perempuan. Mereka meneliti bagaimana Setya menggambarkan tubuh perempuan dalam konteks budaya, agama, dan politik, serta bagaimana karyanya mempengaruhi pemahaman masyarakat tentang tubuh perempuan.

Hasil analisis ini mengungkapkan bahwa karya-karya Luna Dian Setya mengeksplorasi berbagai aspek tubuh perempuan, termasuk kecantikan, seksualitas, dan identitas gender. Lukisan-lukisannya sering kali menantang stereotip dan norma-norma yang ada dalam masyarakat terkait dengan tubuh perempuan, serta menghadirkan naratif yang beragam dan kompleks tentang pengalaman perempuan dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan : Penelitian ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana citra tubuh perempuan direpresentasikan dalam seni lukis karya Luna Dian Setya. Melalui analisis karyanya, kita dapat memahami bagaimana seniman kontemporer menggunakan lukisan sebagai medium untuk mempertanyakan dan merefleksikan norma-norma gender dan peran perempuan dalam masyarakat. Analisis ini juga memperkaya diskusi tentang hubungan antara seni, budaya, dan politik, serta bagaimana seni lukis dapat menjadi alat untuk memperjuangkan perubahan sosial dan kesetaraan gender.

 

5.    Kajian Elemen-elemen Lukisan Cerita RamayanaKarya I Ketut Budiana ( I Putu Adi Putra Wiwana, I Gede Yudarta )

Objek : Lukisan Cerita RamayanaKarya I Ketut Budiana

Teori/Pendekatan : Pemahaman terhadap seni visual melibatkan analisis atas elemen-elemen visual yang digunakan oleh seniman untuk menyampaikan pesan dan makna dalam karyanya. Teori semiotika, analisis ikonografi, dan hermeneutika sering digunakan dalam menginterpretasi lukisan dan seni visual lainnya.

Analisis : Dalam penelitian yang dilakukan oleh I Putu Adi Putra Wiwana dan I Gede Yudarta, mereka menganalisis berbagai karya seni Lukisan Ramayana karya I Ketut Budiana dengan fokus pada elemen-elemen visual yang digunakan dalam lukisan tersebut. Mereka meneliti bagaimana Budiana menggunakan warna, komposisi, dan motif-motif tradisional Bali untuk merepresentasikan cerita Ramayana, serta bagaimana lukisannya menggambarkan nilai-nilai moral dan spiritual dalam epik tersebut.

Hasil analisis ini mengungkapkan bahwa lukisan-lukisan Ramayana karya I Ketut Budiana berhasil menggambarkan cerita dan nilai-nilai dalam epik Ramayana secara visual. Penggunaan warna-warna cerah dan motif-motif tradisional Bali menambahkan dimensi estetika dan spiritual dalam karyanya, sementara komposisi yang dinamis membawa cerita Ramayana menjadi hidup dalam lukisan-lukisannya.

Kesimpulan : Penelitian ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana seniman Bali seperti I Ketut Budiana menggunakan lukisan sebagai medium untuk mempersembahkan cerita dan nilai-nilai dalam epik Ramayana. Melalui analisis elemen-elemen visual dalam karyanya, kita dapat memahami bagaimana seni visual dapat menjadi sarana untuk memperkaya dan memperpanjang warisan budaya dan spiritual suatu masyarakat. Analisis ini juga menggali kedalaman makna dan keindahan dalam lukisan-lukisan Ramayana karya I Ketut Budiana, serta memperkuat penghargaan terhadap seni dan budaya Bali.

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal lebih jauh Street Fotografi

Saya Biyan Okta Ramadhan dan inilah alasan saya memilih jurusan DKV

Analisis Lukisan The Fallen Angel oleh Alexander Cabanel dengan teori semiotika Roland Barthes